Hal tersebut mengemuka dalam talkshow Yogyakarta Soko Guru NKRI, yang digelar Sekber Keistimewaan DIY malam ini di Ros-In Hotel Indonesia, memperingati 66 Tahun Yogyakarta Kota Republik. Hadir sebagai pembicara Kerabat Kraton GBPH Joyokusumo, Dekan Fisipol UGM Prof. Dr. Pratikno, dan Muh Jazir, takmir Masjid Jogokaryan.
Joyokusumo menerangkan, sikap Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pimpinan Kraton Yogyakarta untuk mendukung NKRI, diwujudkan dalam berbagai langkah nyata. Itu adalah wujud pemahaman golong-gilig, yakni persatuan dan kesatuan.
"Waktu itu hampir semua masyarakat ikut berjuang. Tapi yang bersatu pemimpin dan rakyatnya hanya di Yogya. Golong gilig berarti ada ketulusan, keikhlasan, sikap ksatria saling menghargai antara memimpin dan dipimpin," tuturnya, Rabu (4/1) malam.
Sementara Prof. Pratikno menjelaskan, jiwa dan seangat ke-Indonesia-an dibangun di Yogyakarta. Banyak organisasi kepemudaan penting di Indonesia didirikan di Yogya. "Banyak pula tokoh pendiri bangsa yang belajar di Yogya," ungkapnya.
Ia menegaskan, Yogya adalah sokoguru NKRI karena memiliki peran krusial dalam pendirian NKRI. Yogya menjadi inisiator untuk mengintegrasikan bangsa, dan menjadi inisiatif pemerintahan modern Indonesia, melalui kepemimpinan Sri Sultan HB IX sebagai wakil presiden.
"Yogya adalah sokoguru demokrasi. Demokrasi tidak identik voting. Demokrasi itu bekerja untuk kepentingan umum. Yogya mengajarkan pemisahan antara pembuat kebijakan dan pelaksana. Yogya juga menginisiasi pembentukan daerah tingkat tiga," imbuhnya.
M Jazir menyampaikan, Kraton Yogya mengirim empat utusan di Badan PenyelIdik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk turut merencanakan kemerdekaan RI. Kraton Yogya menurutnya melakukan karena sudah mengadakan kajian, apakah mungkin Indonesia merdeka.
"Setelah merdeka, Masjid kauman dan Pakualaman mengumumkan bahwa Indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara lalu mengadakan arak-arakan bersepeda mengumandangkan kemerdekaan menyambut proklamasi. Sehingga setelah paham bahwa rakyat Yogya siap merdeka, 18 Agustus Sultan HB IX mengirim surat kawat ucapan selamat kepada pemerintah RI yang direspon dari pusat dengan memberikan Piagam Kedudukan," terangnya.
Sumber : Kedaulatan Rakyat Online