Jumat, 09 Maret 2012

Bangun Mobil Drift ala Rifat

Olahraga otomotif cabang drifting  lagi marak di Tanah Air. Bagi mereka yang ingin terjun, pereli dan drifter nasional Rifat Sungkar memberi batasan modifikasi  y
ang dilakukan pada mobil. "Untuk yang baru mau belajar drift, modifikasinya tak perlu ekstrem. Setelah mahir baru di up-grade mobilnya," ungkap Rifat.
Mobil yang dipakai, saran Rifat, sebaiknya yang berpenggerak roda belakang. Pertimbangannya, kendaraan gerak roda belakang punya kecenderungan oversteer, apalagi tenaga yang disalurkan berlebihan membuat buritan mobil terlempar dan ingin mendahului depan. Nah, di drifting, menaklukkan tikungan dengan dibarengi oversteer - apalagi sampai ekstrem - menjadi nilai plus.
Syarat selanjutnya, sebisa mungkin kapasitas mesin di atas 2.0-liter dan sedikit modifikasi seperti porting polish supaya suplai daya meningkat. Tapi, tidak dianjurkan menggunakan komponen kompetisi untuk jeroan mesin, apalagi turbocharger. "Buat apa bangun mobil dengan tenaga besar tapi kita belum bisa menguasainya. Misalnya begini, punya mesin 500 PS tapi saat ngedrift cuma mengeluarkan tenaga 200 PS, jadi terbuang percuma," urai Rifat.
Jika jantung pacu dirasa sudah cukup, perhatikan sistem suspensi yang perannya tidak kecil. Baik sokbreker atau per,  tingkat kekerasannya harus 50 persen dari standarnya dan posisi mobil juga lebih ceper 50 persen. Dengan kondisi seperti ini cukup untuk menghasilkan stabilitas yang baik saat melakukan sliding. Selain itu, pada roda belakang  harus dilengkapi perangkat limited slip (LS) agar berputar bersamaan. Tetapi hal yang perlu diingat adalah kaki - kaki seperti booshing, stabilizer, tierod dan ball joint juga harus sudah direkondisi.
Mengingat tenaga yang seadanya, penggunaan pelek mengikuti standar pabrik. Mengenai karet bundarnya, untuk pelek 15 inci lebar tapaknya 195 dengan tinggi 50-55, pelek 16 inci pakai profil 205/55-60 dan 17 inci 215/45.
Hal terakhir yang harus diperhatikan, sektor keselamatan. Sebaiknya ruang dalam dipasangi roll bar minimal 4 titik bolt-on. Selain itu, safety belt  minimal empat titik. Silakan mencoba!

Gejala Aki Mobil Soak

Seperti komponen mobil lainnya, aki juga memiliki masa kerja. Menurut Atek, punggawa Galeri Alternator, aki (sesuai jenisnya, ada basah dan kering) bisa bertahan antara 1,5 dan  2 tahun. Setelah itu biasanya aki tak lagi bisa menyimpan listrik. Ada beberapa tanda aki mulai soak atau lemah, seperti dituturkan Atek di bawah ini.
Perhatikan fisik aki, jika menggembung tanda adanya elemen sel yang rusak karena air aki habis atau sudah sampai usia pakai. Bisa juga dikarenakan meningkatnya gas hidrogen akibat pengisian listrik yang berlebihan. Sebisa mungkin jangan menunda penggantian untuk menghindari aki meledak.
Tanda lain, mesin terasa pincang atau ndut-ndutan (untuk mesin injeksi) seperti kerusakan pada pengapian. Untuk mengetahui aki yang rusak, arahkan mobil ke dinding dan nyalakan lampu. Jika cahayanya redup, berarti kondisi aki sudah tidak bagus.
Lainnya, mesin tak bisa dihidupkan, apalagi jika mobil su
dah menginap lebih dari satu hari. Hal ini dikarenakan aki tak menyimpan listrik sehingga tidak memiliki kemampuan untuk memutar dinamo starter.
Atek berpendapat, indikator yang biasanya terdapat di aki tidak bisa dijadikan tolok ukur yang akurat. "Warna indikator tersebut belum tentu mewakili kondisi keenam sel. Biasanya indikator tersebut merupakan visualisasi kondisi sel tertentu," ujarnya. Dia menambahkan, jika sudah soak, maka aki tidak bisa disetrum ulang karena sel sudah tidak bisa dipakai lagi.
Adapun munculnya kerak putih pada kepala aki bukan indikasi soak. Kondisi tersebut merupakan akibat penguapan berlebihan yang menyusup lewat kutub terminal. Untuk menghilangkannya cukup disiram dengan air panas atau disikat dengan sikat kawat. Lakukan pengecekan berkala air aki jika sering muncul kerak.

Saat Nyetir, Facebook Lebih Bahaya dari Miras

Respon pengemudi akan menjadi sangat lambat jika mereka menggunakan jejaring sosial. 

 Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan Institute of Advanced Motorists di Inggris, mengungkapkan jika menggunakan jejaring sosial (Facebook) saat mengemudi lebih berbahaya, dibandingkan menenggak minuman keras dan menggunakan narkoba.

Dilansir Gizmag, Senin 5 Maret 2012, respon pengemudi akan menjadi sangat lambat jika mereka menggunakan jejaring sosial. Tentu saja ini akan lebih mengurangi konsentrasi dari pengemudi.

Menurut hasil penelitian Institute of Advanced Motorists, diperingkat pertama yang membuat pengemudi sering kali hilang konsentrasi dan menyebabkan kecelakaan adalah berkomunikasi menggunakan ponsel, dengan raihan 45,9 persen responden.

Adapun diperingkat kedua adalah menggunakan smartphone untuk jejaring sosial, sebanyak 37,6 persen. Kemudian disusul dengan berSMS-an sebanyak 37,4 persen.

Sedangkan diperingkat seterus masing-masing disebabkan oleh menggunakan alkohol (10-30 persen), ngobrol menggunakan ponsel dengan handsfree (26,5 persen), menggunakan ganja (21 persen).